telusur.co.id - Persoalan money politics (politik uang), dinasti politik dan mobilisasi ASN dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) masih saja berlangsung hingga saat ini.
Menanggapi hal itu, Direktur Eksekutif Political and Public Policy Studies (P3S) Jerry Massie menilai, faktor penyebab itu lantaran Indonesia belum ada lembaga peradilan khusus pemilu dan pilkada.
“Selama ini saya lihat proses itu hanya dilakukan di Gakkumdu dan jumlah yang divonis pidana bisa dihitung dengan jari,” kata Jerry kepada wartawan, Minggu (5/7/20).
Untuk itu, kata Jerry, perlu adanya lembaga peradilan pemilu ini atau langsung saja ditangani Bawaslu sekaligus lembaga pengawasan. Lantaran, ukuran uang lebih tinggi dari harga diri.
“Masakan di militer ada Mahmil, di ASN ada SatPol PP di kepemiluan harus ada. Nanti pemberi uang, barang dan jasa bisa dijerat Undang-undang. Apakah UU No 7 Tahun 2017 atau seperti apa,” kata dia.
Dia mencontohkan, 7 kasus politik uang jelang Pemilu dari Rp1 Miliar di mobil hingga Rp500 juta di lobi hotel sudah tak terdengar. Bahkan survei dari satu lembaga 2014 silam 34 persen pemilih pernah ditawari suap.
Bahkan, ujar Jerry, survei dari LIPI tahun 2019 lalu, 40 persen responden menerima uang tetapi tidak mempertimbangkan untuk tetap memilih. 37 persen lainnya mengaku menerima pemberian uang dan mempertimbangkan si pemberi untuk dipilih.
"Jadi untuk memutus rantai ini harus ada polisi kepemiluan," ungkapnya.
Begitu pula menurut survei SPD, rata-rata sekitar 60 persen pemilih ketika ditawari politik uang dari kandidat beserta perangkat turunannya mengaku akan menerima.
Bahkan katanya, 7.132 kasus yang ditangani Bawaslu pada Pemilu 2019 lalu. Ada 343 kasus pelanggaran pidana, 5.167 kasus pelanggaran administratif, 121 kasus pelanggaran kode etik, dan 696 kasus pelanggaran hukum lainnya.
"Kalau tak ada lembaga khusus peradilan Pemilu, maka praktik politik uang dan mahar politik bahkan transaksional masih tumbuh subur di negeri ini. Sementara kalau ada polisi pemilu maka semua kasus bisa ditangani dan bisa dipidana," tandasnya.