telusur.co.id - Penyidik senior nonaktif Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan mengatakan, 57 pegawai yang tidak lolos tes wawasan kebangsaan (TWK) akan terus berjuang menjaga lembaga anti rasuah dari upaya pelemahan yang dilakukan pihak tertentu.
"Misi utama kawan-kawan yang 57 adalah menjaga KPK dari pelemahan yang dilakukan oleh orang-orang, termasuk Pimpinan KPK. Iya, pimpinan KPK,” kata Novel lewat akun twitternya, Sabtu (14/8/21).
Novel berdalih, kejadian tersebut memang miris, karena pimpinan sendiri yang justru mau menghancurkan KPK.
Dia mengatakan dugaan pimpinan yang ingin menghancurkan KPK bisa terlihat dari perbuatan. "Dengan sejumlah perbuatan nekat dan persekongkolan penyingkiran 75 pegawai,” tulisnya.
Sebelumnya, 57 pegawai KPK meraih Tasrif Award 2021. Bersama komunitas LaporCovid-19, 57 pegawai itu diberi penghargaan lantaran keberanian mereka menyatakan pendapat dianggap mencerminkan semangat dari tokoh jurnalis, Suardi Tasrif.
Anggota Dewan Juri, Nurina Savitri mengatakan, 57 pegawai yang tak lolos dan melakukan perlawanan itu dianggap sudah mewakili semangat Tasrif dalam memperjuangkan kemerdekaan berpendapat. Mereka juga mengungkap problem ketidakadilan atas isu hak asasi manusia, seperti diskriminasi agama, keyakinan dan gender.
Tasrif Award merupakan penghargaan tahunan yang diberikan oleh AJI dalam setiap tahunnya. Nama penghargaan tersebut diambil dari nama Suwardi Tasrif.
Dilansir dari aji.or.id, Suwardi Tasrif merupakan seorang pengacara sekaligus jurnalis besar di Indonesia yang lahir pada 3 Juni 1922 di Jawa Barat.
Suwardi Tasrif terkenal atas kegigihannya dalam memperjuangkan kemerdekaan berpendapat dan hak konstitusional yang selalu disebut-sebut sebagai hak fundamental yang menjadi jalan bagi dipenuhinya berbagai hak asasi manusia lainnya. Karena dedikasinya tersebut, ia kemudian dikenal sebagai Bapak Kode Etik Jurnalistik Indonesia.
Penghargaan Tasrif Award diberikan kepada perorangan maupun kelompok yang gigih dalam memperjuangkan kebebasan pers dan kebebasan berekspresi.
AJI mulai memberikan penghargaan ini pada 1998. Pada waktu itu, Munir Said Thalib, Koordinator Badan Pekerja Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS), menjadi penerima Tasrif Award yang pertama.[Fhr]