telusur.co.id - Relawan Juru Kampanye Pasangan Anies-Muhaimin (AMIN) semakin memantapkan diri memperjuangkan ide dan gagasan perubahan. Alasannya, masyarakat sudah jenuh dengan rezim yang berkuasa saat ini.
"Kita harus berubah. Kenapa? Karena kita tidak boleh lagi dibawah rezim pemerintahan seperti sekarang ini," kata Inisiator Relawan Jurkam AMIN Laode Ida dalam acara "Kampanye Gerakan Perubahan" di Gedung Joang 45, Menteng Raya, Jakarta Pusat, Jumat (27/10/23).
Mantan Komisioner Ombudsman Republik Indonesia (ORI) ini juga mengkritik habis-habisan rezim Presiden Joko Widodo. Menurut dia, selama Indonesia merdeka, baru saat ini ada rezim yang mempersiapkan politik dinasti untuk keluarganya.
Selain itu, Ia menganggap, rezim Jokowi telah memecah belah bangsa. Laode Ida mengaku tak ingin terjadinya disintegrasi di Indonesia.
"Kekuasaan yang melahirkan perpecahan itu harus dihindari," ujarnya.
Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini melanjutkan, setelah reformasi, baru rezim saat ini, yang terang-terangan melakukan pelemahan secara sistematik terhadap penegakan hukum, terkhusus Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
"KPK dilemahkan luar biasa oleh pemerintahan bobrok rezim yang berkuasa saat ini," kritiknya.
Berikutnya, Laode mengkritik Jokowi yang diduga ingin menyiapkan dinasti politik melalui anaknya Gibran Rakabuming Raka.
"Pertama kali dalam sejarah bangsa ini, sebuah rezim yang akan mewariskan kekuasaan dinasti. Kalau dibiarkan terus berkuasa, apakah sampai 50 tahun ke depan kita mau dipimpin oleh satu rezim dalam satu keluarga yang akan terus mewarisi kekuasaan dari masa ke masa. Kita tidak setuju seperti itu. Ini akan menciptakan disintegrasi bangsa," kata dia.
Jika keadaan seperti ini terus berlanjut, tutur Laode Ida, ke depan Indonesia berpotensi akan terjadi disintegrasi. Penyebabnya, karena daerah-daerah tidak puas dan kurang diperhatikan, dan diberi kesempatan yang sama oleh sebuah rezim. Tentu hal ini tidak sesuai dengan harapan para pendiri bangsa.
"Untuk itulah yang perlu kita hadirkan adalah seorang pemimpin yang bisa menciptakan integrasi nasional bukan disintegrasi, dan itu ada pada Anies-Muhaimin. Kenapa AMIN kita perlukan, karena secara teoritik perubahan itu tidak mungkin hadir di dalam diri sendiri yang sedang menikmati kekuasaan, tetapi perubahan itu harus terjadi oleh aktor dari luar yang menerobos kekuatan yang konservatif yang menikmati kekuasaan hipokrit," tukasnya.[Fhr]