telusur.co.id - Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanaani mengutuk aksi pasukan Israel menelanjangi lima wanita Palestina dalam penggerebekan di rumah mereka di Tepi Barat. Dia mengatakan, bahwa tentara Israel itu, selain melakukan pembunuhan dan pembantaian, juga menderita penyakit mental dan moral.
Dilaporkan bahwa tentara Israel memasuki rumah keluarga Ajluni di kota Al-Khalil, Tepi Barat Selatan, pada dini hari tanggal 10 Juli.
Dua tentara wanita Israel menggelandang seorang ibu Palestina berusia 53 tahun, serta putrinya yang berusia 17 tahun, dan tiga menantu ibu itu yang semuanya berusia 20-an, masuk ke kamar anak-anak, dan memaksa mereka agar menanggalkan pakaian.
Sambil membawa senapan dan seekor anjing penyerang, tentara itu mengancam akan melepaskan anjing tersebut jika para wanita Palestina itu tidak mematuhi perintah untuk menanggalkan pakaian. Padahal tentara Israel sudah menggeledah tubuh para pria yang ada di sana ketika para wanita itu masih berpakaian.
Menyesalkan tindakan tersebut, Kanaani menyebut tentara Israel menderita berbagai “penyakit mental dan moral”.
“Tentara kriminal Israel tidak hanya menderita mania pembunuhan dan teror, tetapi juga berbagai bentuk penyakit mental dan moral kronis,” tulis Kanaani di akun Twitternya, seperti dikutip kantor berita Fars, Jumat (8/9/23).
“Kekurangajaran tak tahu malu yang dilakukan militer Israel terhadap beberapa perempuan Palestina dalam serangan terhadap Al-Khalil adalah perbuatan terkutuk dan mempermalukan para pendukung rezim itu,” imbuhnya.
Kanaani meminta PBB dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) menjalankan kewajibannya terkait insiden tersebut.
Sejak awal tahun ini, tentara Israel telah menahan lebih dari lima ribu warga Palestina di wilayah pendudukan Tepi Barat di tengah meningkatnya serangan Tel Aviv terhadap kota-kota Palestina.
Menurut PBB, tahun 2023 sudah menjadi tahun paling mematikan bagi warga Palestina di Tepi Barat sejak PBB mulai mencatat jumlah korban jiwa pada tahun 2005. Lebih dari 225 warga Palestina telah dibunuh oleh Israel sejak awal tahun ini.
Tahun 2022, merupakan tahun paling mematikan dengan 150 warga Palestina gugur, 33 di antaranya adalah anak di bawah umur, seperti dilansir PBB.
Rezim ini menjadi lebih beringas dan kejam sejak Benjamin Netanyahu kembali berkuasa tahun lalu sebagai pemimpin kabinet koalisi sayap kanan.
Iran menyebut Israel sebagai biang kerok instabilitas dan ketidakamanan di Timur Tengah, namun juga memastikan bahwa barbarisme Israel yang didukung AS tidak akan mengubah nasib buruk yang membayangi rezim Tel Aviv. [Tp]