telusur.co.id - Kontak senjata artileri antara tentara Sudan dan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) menyebabkan kematian lima warga sipil pada hari Minggu (3/9/23) di Sudan, sehari setelah 20 orang lainnya, termasuk dua anak kecil, tewas dalam serangan udara, menurut seorang dokter dan personel militer.
Sebuah sumber medis mengatakan kepada AFP bahwa “lima warga sipil tewas ketika peluru menghantam rumah mereka di Omdurman” pinggiran barat laut Khartoum.
Sebelumnya, dilaporkan bahwa 20 warga sipil tewas dalam serangan udara di lingkungan perumahan di Khartoum selatan pada hari Sabtu (2/9/23).
Perang saudara itu dimulai pada tanggal 15 April antara tentara yang dipimpin oleh Abdel Fattah al-Burhan dan RSF yang dipimpin oleh Muhammad Hamdan Dagalo.
Sejauh ini, pertempuran antara kedua pihak telah mengakibatkan kematian sekitar 5000 orang dan pengungsian 4,6 juta orang, baik di dalam maupun di luar negeri.
Di Khartoum, pertempuran terkonsentrasi di lingkungan padat penduduk, dan jutaan penduduknya selama lima bulan hidup dalam kondisi sulit akibat pemadaman air dan listrik serta cuaca panas yang hebat. Mereka bersembunyi di rumah-rumah dalam upaya melindungi diri dari baku tembak.
Para saksi melaporkan kepada AFP pada hari Minggu bahwa pinggiran utara Khartoum diwarnai tembakan artileri dan roket tentara ke posisi RSF.
Lebih dari separuh warga Sudan membutuhkan bantuan kemanusiaan untuk bertahan hidup, sementara enam juta di antaranya berada di ambang kelaparan, menurut organisasi kemanusiaan.
Menurut PBB, pertempuran dan kelaparan mengancam “menghancurkan” Sudan dan menjerumuskan kawasan sekitar ke dalam bencana kemanusiaan, sementara PBB hanya menerima seperempat dari janji pendanaan serta menghadapi hambatan birokrasi dalam proses penyaluran bantuan. [Tp]