DPR: Apa Pemerintah Kalah Menghadapi Mafia Impor Migas? - Telusur

DPR: Apa Pemerintah Kalah Menghadapi Mafia Impor Migas?


telusur.co.id - Pemerintah tidak konsisten untuk menurunkan impor migas. Akibatnya nilai defisit transaksi berjalan dari sektor ini terus membengkak.

Begitu disampaikan oleh anggota Komisi VII DPR, Mulyanto, Jumat (18/6/21).

"Pengelolaan impor migas nasional terlihat makin tidak terkendali. Apa Pemerintah kalah menghadapi tekanan para mafia impor migas? Pemerintah harus mengklarifikasi soal ini,” kata Mulyanto.

Dari data yang ada, tutur Mulyanto, tidak terlihat adanya upaya Pemerintah mereduksi nilai impor migas ini di tahun 2021. Padahal kebijakan itu diharapkan secara langsung dapat menurunkan defisit transaksi berjalan dari sektor migas, khususnya BBM dan gas LPG.

Namun, pemerintah justru terkesan melepas kendali impor migas. Akibatnya defisit transaksi berjalan dari sektor migas kembali melebar.

Untuk itu, dia meminta Pemerintah bersungguh-sungguh dan konsisten dalam menangani masalah ini. Sebab di tengah ruang fiskal yang terbatas, defisit transaksi berjalan ini harus ditekan seminimal mungkin, agar uang dalam negeri tidak lari keluar.

Terlebih, saat ini kondisi keuangan Negara sedang sulit. Bahkan untuk membiayai berbagai program penanggulangan pandemi Covid-19 saja tidak memadai dan harus berutang.

“Jadi sepantasnya, impor migas yang dapat menguras devisa Negara ini dibatasi dan disubstitusi dari sumber domestik,” imbuhnya. 

Data mutakhir BPS menunjukan bahwa pada Mei 2021 terjadi lonjakan impor migas sebesar USD 2.06 milyar atau naik 212 persen dibandingkan dengan bulan yang sama di tahun 2020 (y-on-y). Defisit transaksi berjalan untuk sektor migas di bulan Mei 2021 sebesar USD 1.12 milyar atau bila dibandingkan dengan bulan yang sama di tahun 2020 (y-on-y) meningkat sebesar 1020 persen.

“Ini angka yang fantastis. Meroket lebih dari sepuluh kali lipat,” tegas Mulyanto.

Rata-rata bulanan defisit transaksi berjalan sektor migas di tahun 2021 sebesar USD 0.933 milyar. Dengan demikian, diprediksi total defisit transaksi berjalan sektor migas untuk tahun 2021 angkanya meningkat menjadi sebesar USD 11 milyar. Padahal sebelumnya pada tahun 2019 hanya sebesar USD 10 milyar dan bahkan hanya sebesar USD 6 milyar pada tahun 2020.

“Artinya kembali terjadi peningkatan defisit transaksi berjalan sektor migas pada tahun 2021. Angkanya diprediksi mencapai sebesar 86 persen dibandingkan tahun 2020. Padahal pada tahun-tahun sebelumnya defisit transaksi berjalan sektor migas ini sudah cenderung menurun,” ungkap Wakil Ketua Fraksi PKS DPR itu. 

Mulyanto menguraikan, defisit transaksi berjalan sektor migas pada tahun 2019 hanya sebesar USD 10 milyar, mengalami penurunan sebesar 20 persen dari tahun sebelumnya yang USD 12.7 milyar. Bahkan, pada tahun 2020, defisit transaksi berjalan sektor migas ini hanya sebesar USD 6 milyar, mengalami penurunan tajam sebesar 41 persen dari tahun sebelumnya yang mencapai sebesar USD 10 milyar.

Sekali lagi, dia mendesak Pemerintah untuk waspada dengan impor dan neraca perdagangan sektor migas di semester kedua tahun 2021 ini. “Karena khawatir terjadi lonjakan kembali,” tukasnya.[Fhr]


Tinggalkan Komentar