telusur.co.id - Maraknya kecanduan gadget pada anak dan remaja, membuat individu tersebut mengakibatkan gangguan emosional, gangguan tingkah laku, hingga gangguan fisik. Penyebabnya dalam bergadget ini melihat dan menikmati apa yang ada dalam gadget, mulai dari perilaku media sosial, bermain game, menonton film dan sebagainya.
Menurut Wakil Direktur Pelayanan Medik dan Keperawatan Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Menur Surabaya, Ika Indiyah P. menjelaskan bahwa, gangguan tingkah laku, ia mendapati 675 pasien dari total bulan Januari hingga September 2019. 675 anak dan remaja itu, lebih 50%nya penyebabnya dari kecanduan gadget.
“Kecanduan gadget ini menyebabkan si anak mengalami kurangnya berkomunikasi dan interaksi pada orang lain, menganggu kecerdasannya, yang seharusnya ia harus belajar di sekolah, malah gelisah untuk segera bermain gadget,” terangnya saat ditemui di RSJ Menur Surabaya, Senin, (28/10/2019).
Sementara itu, Kepala Instalasi Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja RSJ Menur Surabaya, Yunita Retno Budiarti mengatakan bahwa, ketergantungan gadget pada anak dan remaja sangat luar biasa, dapat menempel pada konsentrasi si anak itu sendiri. Konsentrasinya terganggu, hingga cemas dan sangat berobsesi untuk memainkan sebuah gadget.
“Kami semenjak tahun lalu sudah intensif untuk melakukan sosialisasi pada sekolah-sekolah, sementara ini masih di lingkungan kota Surabaya. Kita berkolaborasi dengan guru untuk mendeteksi dini adanya gangguan perilaku pada anak. Supaya pengguna gadget sangat bijak dalam menggunakan gadget,” tebarnya.
Senada dengan Yunita, Kepala Instalasi Napza RSJ Menur Surabaya, Lila Nurmayanti menegaskan bahwa, penanggulangan dan pencegahan kasus seperti ini, sudah dilaksanakan pada sekolah, diundang talkshow, di event pameran. Semuanya bekerja total untuk melakukan promotif dan preventif pada perilaku kebutuhan dan kecanduan gadget pada anak dan remaja ini.
“Sebenarnya kami juga memiliki program preventif tersebut, dengan nama Srikandi Jawara (Screening dan Deteksi Dini Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja). Kita juga mengingatkan peran orang tua dan guru sangat dibutuhkan disini, melalui pola asuh 3L. L pertama Love, mencintai, artinya komunikasi yang baik pada anak. L kedua Limitation, pembatasan yang harus dilakukan pada si anak. L ketiga, Learning, pembelajaran, tidak didekte, untuk diberi kesempatan memperbaiki diri,” ucapnya. [Ham]
Banyak Anak dan Remaja yang Kecanduan Gadget, Nih Pesan Dokter RSJ Menur Surabaya
